Malam ini saya tidak bisa berhenti memikirkan bahwa setiap diri punya antagonis masing-masing.
Misalnya, setiap satu orang Islam konservatif di Indonesia, di setengah lingkaran bumi, ada satu orang kristen konservatif di Amerika.
Untuk setiap ekstremis Islam di Indonesia yang tidak berlaku adil kepada orang kristen (hanya karena dia mayoritas dan merasa bisa seenaknya), ada ekstremis Kristen yang mendiskriminasi umat Islam di Amerika juga karena dia mayoritas dan merasa berhak untuk melakukan apa yang dia inginkan terhadap minoritas.
Contoh lainnya: untuk setiap orang yang berpikiran terbuka, ada satu orang yang pikirannya terbatas.
Analoginya seperti bercermin. Ketika kita berdiri di depan cermin, di dalam cermin ada sosok yang sama dengan diri kita, persis, hanya saja kiri dan kanannya pada posisi yang berbeda. Sosok itu juga terlihat berdiri pada lingkungan yang kiri dan kanannya terbalik.
Kemudian saya mengingat lagunya Michael Jackson, Man in The Mirror. “I’m starting with the man in the mirror, I’m asking him to change his way,”. Menurut hemat saya, terlalu banyak pengikut Alm. Michael Jackson yang begitu saja mengutip satu ayat dari lagu ini.
Para pengikut Michael Jackson model begini tiap hari teriak-teriak pada sosok dalam cermin, bahwa kanan dan kirinya salah.
Dia bersikeras untuk mengubah kiri dan kanan sosok dalam cermin sesuai dengan dirinya, tapi dia tidak bisa. Dia tidak sadar dia sedang bicara sendiri, bahwa tiap umpatan, caci dan maki yang dia ungkapkan kembali kepada dirinya sendiri.
Frustasi, si pengikut Michael Jackson ini pun menghancurkan si cermin. Berniat untuk membunuh bayangannya. Tapi tentu akhirnya dia sadar, membunuh bayangan tidak dengan menghancurkan cermin. Tahukan, bagaimana cara untuk membunuh bayanganmu?
Untuk itu saya menghimbau bagi para umat pengikut Alm. Michael Jackson untuk berubah aliran.
Mulailah bertasbih bersama The Beatles, awali dari ayat “I am he, as you are he, as you are me, and we are all together,”. Sadari bahwa kita semua sama dan bersama-sama.
Jamaah The Beatles yang paripurna akan mengerti, bahwa kita butuh cinta dan pada akhirnya tiap-tiap cinta yang kita terima sebanding dengan cinta yang kita berikan.
***