comment 0

Berputar

Saat mani menyembur, menusuk masuk dalam kawah sang ibu, ia berlomba menjadi yang kesatu, bersatu bersama indung.

Lalu ia melekat, menggumpal, menjelma.

Ditiupkanlah roh ke dalamnya yang merasuk mengikuti rima: berdegup bersama jantung, berdenyut dengan nadinya.

Di sana ia bersemayam, tertidur dalam buaian diselimuti gelombang hangat.

Bila sudah tiba masanya ia dibangunkan. 

Ia bergerak, berputar, menggapai-gapai. 

Lalu ia menghentak kemudian ia diam. 

Menghentak. 

Lalu diam. 

Menghentak! 

Diam. 

Menghentak! 

Menghentak! 

Menghentak!

Lahirlah dia dengan rupa yang hampir sama dengan sebayanya: disusui oleh ibunya, dibisiki oleh ayahnya.

Jiwanya bingung, rohnya tertinggal dalam rahim sang ibu. 

Ia dipaksa berpisah, bermukim dalam tubuhnya sendiri.

Ia menolak. 

Ia menangis! 

Merintih! 

Protes tidak berhenti. 

Lalu ibu menyusuinya, ayah membisikinya. Ia pun tertidur, terlupa.

Kini jiwanya terlalu kecil dibanding tubuhnya yang mungil. 

Bila lisannya mulai mengalir, jiwanya kan mengejar, mengembang, membesar.

Kemudian tubuhnya terlalu sempit.

Lalu dia akan mencari. 

Lalu dia menemukan. 

Seorang teman berbagi jiwa.

Lalu berputarlah ia seperti semulanya.

-ITD-
Untuk anakku, Makassar, 29 Februari 2016.

Tinggalkan komentar