comment 0

Mendadak rendang a la perempuan Makassar

Seorang teman kami di sini sangat piawai memasak. Salah satu menu yang membuat saya terpukau-pukau adalah ketika dia membuat rendang. 

Saya ingat di hari-hari awal kedatangan kami di Amerika, tetangga kami (juga orang Indonesia) pada waktu itu mengundang kami makan siang. Dia adalah mahasiswa strata satu jurusan akuntansi dan bisnis. Saya pun terpesona karena dia memasakkan rendang untuk kami.

Usut punya usut, dia memasak dengan bumbu instan merek Munik (sepertinya saya belum pernah bertemu dengan bumbu instan ini di tanah air). Saya pun mencoba untuk memasak rendang dengan bumbu indtan yang cukup ditambahkan santan itu (tentu saja juga harus pakai daging sapi, ya). 

Hasil memasak rendang dengan bumbu instan cukup memuaskan. Namun, sejak bertemu rendang racikan teman saya yang lain, rendang yang lebih enak daripada yang pakai bumbu instan, saya menjadi tertantang untuk mengikuti jejaknya. 

Teman kami, sebut saja namanya Bang Fajri, mengarahkan saya untuk melihat resep rendang di blognya. 

Bumbunya cukup banyak. Saat ini saya memiliki beragam bumbu bisa jadi karena mulanya ingin belajar memasak rendang. Bumbunya antara lain cengkeh, kayu manis, bubuk pala, jintan, selain tentu saja bawang merah -bawang putih, santan dan garam merica. Di akhir proses, rendang a la Bang Fajri juga menggunakan parutan kelapa. 

Beberapa kali saya mencoba mereplikasi rendang miliknya namun hasil masakan saya tidak pernah sesuai keinginan saya. 

Baru beberapa minggu belakangan saya membuat rendang dengan resep baru yang saya dapatkan dari cookpad. Saya gabungkan beberapa resep sampai menurut saya menciptakan bumbu yang paling kompleks. Saya sempat sangsi ketika membaca ada gula merah di dalam resep rendang, namun setelah saya cona ternyata hasilnya pas!

Sekarang, saya pun bisa berbangga dengan rendang racikan saya, ya meskipun tentu saja rendang saya masih jauh kelasnya dibandingkan ibu/uni/uda Minangkabau asli ya.

Berikut bahannya (takaran saya selalu pakai perasaan, harap maklum, hehehe):


Bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, kemiri, ketumbar, cengkeh, kayu manis (sedikit saja ya!), jintan (ini juga sedikit), bubuk pala, merica putih, kunyit, gula merah. Semua bahan ini dioseng bersama minyak.

Setelah harum masukkan daging yang sudah berada pada suhu ruangan. 

Oseng-oseng beberapa saat sampai kaldu merembes dari daging. Ketika bagian luar sudah berubah warna, masukkan santan.

Kemudian setelah warna santan mulai kecokelatan saya tambahkan daun jeruk, daun salam, sereh dan cabai. 

Bubuhi sedikit garam sambil diicip-icip sampai enak. Bila sudah sampai pada konsistensi yang diinginkan tinggal matikan kompor siapkan nasi putih dan makan! Hehehe.

Oh iya, kemarin saya juga membuat sambal ijo. Cukup mudah, goreng bawang merah – bawang putih lalu masukkan cabai hijau (saya pakai serano) dan tomat hijau yang sudah dikukus dan diblender. Masak sampai enak, kalau sudah enak berarti jadi deh!
Saya juga menambahkan collard greens, sayuran yang kala itu tidak sengaja saya beli. Kepahitan sayur ini mendentingkan nada yang serupa dengan daun singkong. Saya pun merebus collard greens sampai lunak dan tidak pahit lalu saya sajikan bersama rendang dan sambal ijo. 

Selamat mencoba!

Tinggalkan komentar