comment 0

Bayi saya kurang gizi?

Minggu lalu saya dan suami membawa anak kami untuk cek kesehatan bayi (baby well check) bulan ke-15. 

Di Amerika Serikat, baby well check wajib untuk bayi di bulan ke-1, 2, 4, 6, 9, 12, 15, 18 dan di usia dua tahun. Setiap menjelang baby well check, surat untuk bayi dari departemen kesehatan dan asuransi All Kids selalu hadir di kotak pos untuk mengingatkan orang tua agar segera membuat janji bertemu ke kantor dokter anak kami. 

Rutinitas baby well check ini sempat terhenti ketika saya membawa bayi saya kembali ke tanah air. Kami sampai ke tanah air saat bayi saya berusia hampir empat bulan dan kembali ke sini ketika dia berusia sepuluh bulan.

Selama di tanah air, tepatnya di Makassar, saya membawa anak saya ke klinik sesuai dengan jadwal CDC untuk menerima vaksin. Satu kali saya membawa bayi saya ke dokter karena dia pilek.

Pulang ke Amerika, saya kembali membawa bayi saya ke klinik kami di kawasan Devon, Chicago. Klinik yang kebanyakan pasiennya dari kalangan miskin kota ini adalah tempat saya melewatkan masa-masa kehamilan bersama dokter Curtis dan dokter Buckley. Dokter Curtis pun sempat menjadi primary care bayi saya sebelum kami kembali ke tanah air. Namun, saat saya menelepon untuk membuat janji, dr. Curtis sedang di luar kota sehingga staf membuatkan janji untuk anak saya dengan dokter Jay Mayefsky.

Saya sangat bersyukur karena bayi saya kini ditangani oleh dokter Mayefsky. Dokter Curtis dokter yang sangat terampil, dia OB yang melakukan tindakan pap smear kepada saya. Setelah saya merasakan pengalaman dengan OB lainnya saya berani memberikan testimoni bahwa dr. Curtis sangat terampil. Namun dia terkesan dingin dan selalu terburu-buru. Berbeda dengan dr. Mayefsky. Mungkin karena dia adalah pediatrician, sehingga dia terkesan lebih hangat kepada kami para orang tua muda (semua dokter di klinik kami adalah dokter keluarga, mereka memiliki skil untuk melakukan pemeriksaan bayi, termasuk dr. Curtis).
***

Di pertemuan perdana kami setelah kembali dari tanah air, tepatnya saat baby well check bulan ke-12, dr. Mayefsky menelaah semua catatan vaksin bayi saya dari klinik di tanah air. Dia kemudian menyalin semua catatan vaksin di komputernya. 

Lalu, dokter yang selalu mengenakan peci yahudi ini melihat laporan pengukuran berat, tinggi serta kepala bayi yang sebelumnya diambil oleh suster lalu memperlihatkan grafiknya kepada saya dan suami.

“Baik, pertumbuhannya baik,” kata dr. Mayefksy.

Seperti biasa, dokter melanjutkan dengan memeriksa keseluruhan fisik bayi saya: mata, mulut, telinga, anus. Bayi saya yang ketakutan dia biarkan tidur di paha saya ketika dia mendengarkan degup jantung melalui stetoskop.

Setelah pemeriksaan, dokter menjelaskan tentang kondisi bayi yang sehat bugar sebelum pamit untuk menemui pasien lain. Kemudian suster datang lagi untuk menutup perjumpaan kami dengan suntikan vaksin untuk si bayi.

***

Baby well check 15th month

Di pemeriksaan bulan ke-15 minggu lalu, bayi kami kembali melewati prosedur yang sama. Oh iya, seperti tiga bulan sebelumnya, kami juga mengisi survey tentang pertumbuhan bayi. Pertanyaannya antara lain seperti “apakah bayi bermain dengan memeluk bonekanya?” dan “apakah bayi berusaha makan sendiri?”.

Setelah memeriksa hasil survey, dr. Mayefsky tampak puas dan mengangguk-angguk. Dia kembali mencermati hasil pengukuran bayi kami, semuanya baik. Bayi saya sempat mengamuk ketika pemeriksaan, namun dr. Mayefksy hanya tertawa melihat tingkahnya.

Minggu lalu bayi kami juga harus tes darah, salah satu prosedur wajib yang seharusnya dilakukan pada bulan ke-12 namun dr. Mayefsky undur karena kala itu bayi kamu sudah terlalu banyak disuntik.

Saya takut sekali, bahkan saya takut untuk diambil darah, apalagi untuk melihat bayi saya. Tata caranya: saya dan bayi duduk di kursi lab, saya memegang tangan dan mengapit kaki bayi dengan paha saya sambil suster mengambil darahnya.

Wow, bayi saya mengamuk! Dia bahkan memukul jatuh tabung yang akan dipakai menampung darahnya sehingga suami saya harus mengambil tabung baru sesuai instruksi suster yang masih sementara berkelut dengan bayi saya.

“She is a fighter!” kata suster.

Saya sempat gelisah menunggu hasil tes darah, saya tidak tega melihat bayi saya kembali diambil darahnya apabila ada yang tidak beres dengan hasilnya. Untungnya, tadi sore saya menerima telepon dari dr. Mayefsky yang mengatakan hasil darah baik, anak saya sehat.

***

Dua pertanyaan yang saya ajukan kepada dr. Mayefsky dari dua pertemuan kami di baby well check ke-12 dan ke-15 adalah mengenai buang air besar dan berat badan.

Bayi saya biasa menangis saat buang air besar, minggu lalu, pagi hari sebelum kami bertemu dr. Mayefsky dia menangis lebih kencang dari biasanya. Saya sempat panik. Apalagi karena pagi itu ada sedikit darah ketika saya mengelap pantat bayi saya setelah buang air besar.

Dr. Mayefsky mencatat pertanyaan saya dengan komputernya. Ketika dia melakukan pemeriksaan kepada bayi kami, dia menghabiskan lebih banyak waktu untuk memeriksa anusnya. Sambil saya memegangi bayi saya yang menangis, dr. Mayefsky menyalakan lampu sorot dan menunjukkan kepada suami saya goresan sekitar anus bayi saya akibat eek yang keras. 

“Apakah saya butuh memberikannya obat?” tanya saya sehabis pemeriksaan. 

“Tidak, obat hanya diberikan untuk kasus yang kronis. Sekarang cukup perbanyak buah dan sayuran,” kata dr. Mayefsky.

Saya mengikuti saran dr. Mayefsky. Setelah pemeriksaan, malamnya kami membeli satu karton mangga, salah satu buah kesukaan bayi saya. Sudah satu minggu ini kami semua sarapan buah, kondisi eek anak kami pun semakin membaik. Hari ini dia sudah tidak lagi menangis saat buang air besar.

***

Saya sangat memuji ketenangan dr. Mayefsky, dia sama sekali tidak menunjukkan tindak-tanduk yang bagaikan menghakimi orang tua bayi. Secara serta merta dia juga telah memberikan ketenangan hati kepada kami. 

Saya ingat sewaktu saya membawa anak saya ke seorang dokter senior bergelar professor dan konsultan di Makassar. Saat itu saya panik karena bayi saya mengalami pilek pertama dalam hidupnya (common cold). Kakak saya sudah berusaha menenangkan saya, namun sebagai orang tua baru saya merasa perlu menemui dokter. Ketika itu waktu tidur bayi saya sudah hampir tiba, tidak banyak pilihan dokter untuk kami.

Dokter senior yang akhirnya kami singgahi berkata anak saya radang tenggorokan dan butuh obat. Dia meresepkan obat puyer dan vitamin. Saya hanya menebus vitamin (yang akhirnya tidak saya minumkan juga pada bayi saya).

Bayi saya yang divonis radang dan diresepkan obat puyer menambah pening kepala saya, namun saya bersikukuh bayi saya hanya pilek dan akan sembuh sendiri (untungnya insting saya benar). Saya hanya memberi obat penurun panas dan menguapi kamar sampai akhirnya bayi saya sembuh sekitar satu minggu setelah pileknya datang.

***

Pertanyaan pertama yang saya utarakan di pertemuan perdana dengan dr. Mayefsky pada baby well check di bulan ke-12 adalah:

“Apakah bayi saya terlalu kurus?”.

 Dr. Mayefsky menunjukkan grafik pertumbuhan bayi saya sambil meyakinkan saya bahwa bayi saya sudah berada pada kondisi yang sesuai. Demikian pula di bulan ke-15, dia menjelaskan bayi saya berada pada “15 percentile”.

“Dia selalu berada pada 15 percentile,” lanjutnya. 

Kata-kata dr. Mayefsky sungguh menghalau gundah saya.

“Anaknya kurang gizi nih!”

Mungkin adalah kata-kata terburuk yang bisa diucapkan seseorang kepada orang tua. Terutama apabila datangnya dari mertua sendiri. Mertua saya tidak berkata demikian kepada saya, dia berkata seperti itu kepada suami saya yang meneruskannya kepada saya.
Saya cukup sedih dan kehilangan kepercayaan diri. Saya sempat menanyakan perihal yang sama kepada dokter anak di RS di Makassar. Dia cukup melihat anak saya dan berkomentar:

 “Ah, anaknya tidak gendut dan tidak kurus, kok”.

Mendengar perkataan dokter yang memberikan pendapatnya hanya dari pengamatan kasat mata dia terhadap anak saya tidak memperbaiki citra diri saya sebagai ibu. 

Saya sempat cemas sekali, risau bila anak saya benar kurang gizi atau berat badannya kurang karena kekurangan zat besi (seperti beberapa ibu yang menceritakan kisahnya di jagad internet). 

Untungnya hari ini kecemasan itu lunas. Hasil tes darah, hasil pengukuran dan konsistensi pertumbuhan bayi saya yang telah dijelaskan dengan lugas oleh dr. Mayefsky sungguh melegakan hati.

Bagi para ibu yang juga menuai kata-kata “Anakmu kurang gizi” dari orang asing yang berpapasan di jalan, dari keluarga, dari teman, dari sesama ibu atau pun dari dokter sendiri, semoga tidak lalu terlalu menyalahkan diri sendiri.

Mungkin saja kasus Anda sama seperti saya. Di tanah air belum ada standar komputerisasi hasil pengukuran kesuluruhan fisik bayi yang presisi, sehingga awam akan mudah menilai “kurang gizi” hanya karena fisik bayi yang kurus tanpa menimbang betapa aktif dan bahagianya bayi kita. 

Jangankan untuk laporan yang presisi, prosedur pengukuran tinggi, berat badan, lingkar kepala, suhu badan saja tidak saklek di tanah air: ada fasilitas yang menjalankan ada pula yang tidak ada sama sekali atau tidak lengkap dalam melakukan pengukuran.

Mungkin nanti sebelum kembali ke tanah air saya akan minta dr. Mayefsky untuk mencetakkan grafik pertumbuhan anak saya. Bila ada awam yang berkomentar bayi saya gizi buruk, saya tunjukkan saja semua bukti sehat anak saya. 

Saya rasa semua ibu pasti ingin yang terbaik untuk belahan jiwanya, tidak ada ibu yang tidak sobek hatinya ketika anaknya dibilang kurang gizi. 

Bukankah banyak hal di dalam hidup ini yang akan lebih indah bila kita mau berpikir dan bijaksana sebelum berkomentar? 
***

Tinggalkan komentar