comment 0

Happy Thanksgiving!

Hari ini perdana kami menjadi tuan rumah untuk acara Thanksgiving. Sebenarnya patennya warga Amerika Serikat mengundang temannya yang tidak punya rencana di Thanksgiving, biasanya para pendatang, untuk ke rumah mereka dan makan bersama. Bayangkan kita jadi bule di Indonesia pas lebaran, pasti teman Indonesia mengundang kita ke rumah mereka karena tidak mau kita sendirian, kan. 

Nah, karena anak kami hitungannya warga negara Amerika, jadi masih afdol lah kalau dia mengundang teman-teman kami untuk datang ke rumah merayakan bersama.

Thanksgiving jatuh di hari kamis ketiga bulan November. Thanksgiving di sini mirip lebaran di tanah air tapi konteksnya tidak religius. Program berita menyiarkan tentang arus mudik di bandar udara serta kepadatan lalu lintas layaknya arus mudik lebaran. Pertokoan tutup lebih awal atau libur satu hari penuh. Di hari selanjutnya, Black Friday, warga biasanya belanja kado natal dan chanukah karena biasanya toko memberikan diskon besar-besaran, layaknya diskon jelang lebaran.

Thanksgiving bisa dibilang sebagai perayaan ciptaan warga Amerika. Katanya sih muasalnya dari para pionir yang bertemu dengan penduduk asli Amerika, mereka beramah-tamah dan makan bersama, tradisi ini dilanjutkan sampai sekarang.

Sudah dua tahun kami diundang oleh keluarga Teddy untuk menghabiskan malam Thanksgiving bersama. Tahun ini agak sungkan rasanya apabila kita melewatkan tiga tahun berturut-turut di tempat yang sama. Dengan berusaha sopan, saya pun menolak undangan Teddy yang di awal bulan menelepon untuk memastikan kedatangan kami tahun ini. Ketika dia bertanya apa rencana kami, saya menjawab kami akan mengundang beberapa teman.

Saya dan suami agak-agak suam-suam kuku menyambut Thanksgiving tahun ini. Suami saya akan menghadapi ujian pertamanya satu minggu setelah Thanksgiving sehingga kami tidak punya banyak waktu untuk berembuk dan merencanakan.

Awalnya kami ingin mengundang teman baru kami, pasangan dari Cina yang tinggal di atas apartemen kami, tapi mereka sudah punya rencana. Begitu pula dengan pasangan Indonesia yang berkuliah di sini tapi berbeda kampus dengan suami saya, mereka juga sudah punya rencana.

Akhirnya kami pun memutuskan untuk merayakan hari dengan kolega suami saya dan keluarganya yang tidak punya rencana Thanksgiving untuk datang ke rumah kami.

Tadinya saya berniat untuk membeli kalkun jadi saja di Wholefoods, kata suami saya enak, saya juga mau coba hehehe. Namun satu hari sebelum Thanksgiving teman kami yang punya SIM Amerika mengajak kami untuk berbelanja. Tradisi berbelanja dengan menyewa mobil selalu kami manfaatkan sebagai belanja bulanan kami, karenanya tidak mungkin kami berbelanja bulanaan di Wholefoods, mahal!

Kami belanja di supermarket internasional bernama Valli. Saya memutuskan untuk memberi paha kalkun yang sudah diiris, dua mentah dan satu yang sudah diasapi sebagai cadangan bila percobaan membuat kalkun saya gagal. Saya juga membeli green beans, perpaduan antara kacang panjang dan buncis, kentang serta saus cranberry untuk membuat sajian Thanksgiving tradisional sesuai pengalaman saya.

Esoknya, di hari Thanksgiving, suami saya masih harus belajar di kantornya, dia baru pulang setengah empat dan akhirnya saya bisa mulai memasak kalkun -saya takut membuka-tutup oven sambil anak saya berkeliaran tanpa ditangkapi oleh suami saya. 

Saya seperti mendadak jadi kontestan di ajang Masterchef! Dengan waktu kurang dari tiga jam kami harus memasak hidangan Thanksgiving. Untungnya suami saya punya kebolehan memasak mash potatoes jadi saya hanya butuh memasak tiga hidangan lain: green beans, kalkun dan belakangan sambel terong karena ingin menyajikan satu menu nusantara.

Masak kalkun perdana untuk Thanksgiving, berhasil!

Hidangan yang pertama dan menjadi perhatian utama tentu saja kalkunnya. Saya sudah mencoba menjelajahi internet dan mencari resep termudah untuk memasak paha kalkun, saya menggabungkan dua resep salah satunya dari Martha Stewart. Siapa sangka, gampang dan enak! Begini kira-kira hasil interpretasi saya:

Kalkun dilumuri garam dan merica lalu panggang sebentar. Sisihkan ke atas loyang. Kemudian di wajan yang sama yang sudah dirembesi lemak kalkun, sauté alias oseng wortel, daun bawang dan jamur (kebetulan bahan-bahan ini yang ada di rumah saya). Tuangkan kaldu ayam, tunggu sampai mendidih lalu pindahkan semua ke dalam loyang. Masukkan loyang ke dalam oven yang sudah dipanaskan di suhu 350F, panggang selama tiga jam atau sampai tamu datang sembari membereskan menu wajib lainnya.

Saya nyaris tidak pernah memasak dengan kaldu siap pakai yang sangat mudah ditemukan disini. Kaldunya berbentuk cair dan dikemas dalam kotak layaknya susu UHT di Indonesia. Saya tidak tahu apakah rasanya enak berkat kandungan di dalam kaldu ayam kemasan? Mungkin lain kali saya akan coba ganti dengan air.

***

Awalnya suami saya berkata hanya dua orang yang RSVP untuk hadir dari awal, makan malam bersama kami. Saya pun berinisiatif untuk menjadikan makan malam benar-benar ala Amerika, duduk bersama di meja makan (bukan di depan TV atau terpencar seperti biasanya yang kami lalukan). Siapa sangka ada empat orang yang datang, saya sempat panik karena kursi kami kurang! Untungnya ternyata kami punya kursi lipat di gudang. 

Makan malam berhasil, teman-teman yang punya acara di tempat lain tapi berjanji akan menyusul pun berdatangan. Satu lagi tradisi yang kami tiru dari keluarga Teddy: bermain charades! Dua grup menuliskan judul buku, film, serial tv dan lagu lalu masing-masing akan menebak judulnya dari klu yang diberikan tanpa bersuara, semua tamu bermain dengan semangat dan kompetitif, lucu sekali. 

Di luar dugaan, Thanksgiving yang awalnya saya pikir suam-suam kuku ternyata berhasil dan menyenangkan. 

Happy Thanksgiving!

Tinggalkan komentar